Rabu, 18 April 2012

Dia dan jauh

Hey kamu !!
Iyaa kamuu...

Entah berawal dari mana sehingga aku mengenalmu. Ohh iya!! Aku ingat !! aku mengenalmu di tempat itu. Benar.. di sana, di tempat itu. Mungkin berlebihan mengingat kepintaranmu yang sunggguh membuatku kagum. Ya.. kamu.. memang kamu. Teringat saat kau sebagai imamku dalam sholat maghrib itu. Khusuk dan terasa amat khusuk.

Kamu. Kamu dengan senyum manismu, kamu dengan kediamanmu dan kamu dengan kepintaranmu yang kukagumi. Segala motivasimu dan senyummu saat menyapaku di waktu itu masih teringat sampai kini. Saat ini kamu jauh.. jauh dan terasa amat jauh. Bahkan untuk melihatmu saja aku tak bisa, apalagi untuk menyapa dan berbincang denganmu. Pesan singkat yang kukirimpun semusim sekali kau balas. Entah seberapa sibuknya dirimu..

Yah.. mungkin aku sekilas bagimu... tapi kau seberkas untukku.. seberkas yang mungkin masih membekas. Waktu lalu sempat terdengan kicau burung yang membrikan kabar yang buruk. Yah.. dia sudah di sampingmu. Sempat sedikit rapuh akan kisah itu. Aku yang mengenalmu lebih dulu namun dia yang disampingmu, menghirup oksigen yang sama denganmu, di bawah naungan langit yang sama dengan.

Yah... mungkin itu yang terbaik. Mungkin memang dia yang paling baik. Dan dia yang menjadi sangat baik bagimu. Sempat aku menjadi rapuh dan sangat rapuh bahkan.
Satu siklus musim berganti dan kicau burung itupun datang lagi, namun ini membawa angin segar. Membawa kabar bahwa kau telah menghirup oksigen yang berbeda dengannya. Sempat aku tersenyum mendengar kabar itu. Jahatkah aku?? Ya.. mungkin aku memang jahat.

Tapi tetap saja. Kamu jauh dan terlalu jauh. Hingga kabar itupun tak berefek apapun. TIDAK!! Tidak berefek apapun. Kini aku paham, bahwa senyummu kala itu sudah cukup untukku.

Malang, 18 April 2012
~TIKA~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar